Aneka Penelitian Parthenogenesis Yang Terbukti Berhasil

Aneka Penelitian Parthenogenesis Yang Terbukti Berhasil - Parthenogenesis adalah reproduksi non-seksual, yakni pertumbuhan sel telur (ovum) menjadi individu tanpa pembuahan melalui sperma.

Parthenogenesis sangat umum di dunia serangga dan ikan, dan rutin di kalangan hewan seperti aphid (sejenis serangga kecil yang memakan tumbuh-tumbuhan). Di kalangan reptil terdapat bukti kuat bahwa parthenogenesis dapat menjadi suatu strategi yang sukses bagi kadal-kadal di lingkungan dengan curah hujan yang rendah dan tidak dapat diperkirakan.1 Di Lancet pada tahun 1955 dilaporkan, seorang wanita memperoleh seorang anak perempuan di mana parthenogenesis tidak dapat disangkal. Hal ini telah diproduksi di kalangan mamalia secara eksperimen. Walau demikian, tidak ada data yang pasti mengenai kelahiran mamalia parthenogenetik. Pencapaian yang paling tinggi adalah embryo tikus dan kelinci parthenogenetik yang telah tumbuh normal separuh jalan dalam kehamilan, tetapi kemudian mati dan telah digugurkan.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptjXacdIt3PRbdiNQm35nvzhOS2e7OkXtrsEtv_JXRL9mZwDPSns5zMIY11F7tPAuKlblUSseaf1GZb2rWPYWGxbqqkE1A08j3NLhyphenhyphenc8AMZk_88_xr5nU0XmDq8pbh2N46Tl8nS7DLFM/s1600/asexual+female+whiptail+species+Cnemidophorus+neomexicanus.jpg

Di kalangan manusia sebuah studi riset baru-baru ini dilakukan tentang "The development and systematic study of the parthenogenetic activation and early development of human oocyte."2 Dalam pengkajian ini, oocyte manusia, yang baru belum mengalami fertilasi setelah disatukan dengan sperma, dimasukkan ke dalam alkohol atau kalsium ionophore dan diteliti untuk bukti activation/pengaktifan. Hasil pengkajian ini adalah, oocyte manusia dapat diaktifkan secara parthenogenetik dengan menggunakan kalsium ionophore, tetapi dalam angka yang rendah dibandingkan dengan yang tampak pada oocyte tikus. Parthenot manusia dapat menyempurnakan divisi hingga tahap 8-sel. Data ini menampilkan adanya kemungkinan bahwa gugurnya kehamilan tahap awal pada manusia dapat saja melibatkan oocyte yang telah diaktifkan dengan spontan secara parthenogenetik.

Suatu kejadian parthenogenetik parsial pada seorang manusia telah dilaporkan di New Scientist edisi 7 Oktober 1995 dengan judul, "The boy whose blood has no father."3 Dalam kasus pria, seluruh sel harus memiliki kromosom Y, tetapi dalam kasus kajian yang satu ini mengenai seorang anak lakilaki berusia 3 tahun, sel-sel darah putih hanya mengandung kromosom XX saja. Para peliput juga memaparkan bahwa kadang-kadang, kromosom-kromosom wanita membawa satu kromosom X yang termasuk gen pria, dan para periset pada mulanya menduga kasus kajian mereka merupakan sebuah contoh sindroma tersebut. Namun, mereka telah menggunakan teknologi DNA yang sangat sensitif, dan mereka tidak berhasil mendeteksi materi kromosom Y satu pun dalam sel-sel darah putih anak itu. Akan tetapi, kulit anak itu didapati berbeda secara genetika dari darahnya, yakni memiliki kromosom X dan Y keduanya.

Suatu analisa yang lebih rinci terhadap kromosomkromosom X pada kulit dan darah anak itu, menunjukkan bahwa seluruh kromosom X identik dan sepenuhnya berasal dari ibunya. Demikian pula, anggota-anggota pada masingmasing pasangan 2 kromosom lain dalam darahnya sangat identik, seluruhnya berasal dari sang ibu. Penjelasan yang diberikan oleh para periset tersebut adalah, ovum yang belum mengalami fertilasi telah mengaktifkan dirinya sendiri dan membelah diri menjadi sel-sel yang identik; salah satu sel tersebut kemudian difertilasi oleh sperma dari sang bapak dan hasil campuran sel-sel itu mulai tumbuh sebagai sebuah embrio normal.

Hal ini menggambarkan bahwa terbentuknya sel-sel secara parthenogenetik di kalangan mamalia tidak selamanya gagal. Dalam kasus anak laki-laki ini, proses itu berhasil menciptakan suatu sistim darah normal.

Hermaphroditisme: suatu keganjilan sex, dalamnya terdapat gonads kedua jenis kelamin; alat kelamin luar menunjukkan ciri-ciri kedua jenis kelamin (jantan dan betina) dan kromosom-kromosom menunjukkan campuran jantan dan betina (xx/xy).

Sebuah studi dilakukan di Belanda tahun 1990, disebut "Combined Hermaphroditism and Auto fertilization in a Domestic Rabbit." Dalam studi ini seekor kelinci yang benar-benar hermaphrodit mengawini beberapa betina dan telah menjadi bapak bagi lebih dari 250 anak yang terdiri dari jantan dan betina. Pada musim beranak berikutnya, kelinci yang dikurung terpisah itu, menjadi hamil dan melahirkan tujuah ekor anak kelinci sehat yang terdiri dari jantan dan betina. Kelinci tersebut dikurung terpisah, dan ketika diotopsi ia kembali sedang dalam keadaan hamil dan menampakkan dua ovari yang masih berfungsi serta dua buah zakar (testis) yang subur. Sebuah preparat kromosom menunjukkan jumlah diploid autosom, dan dua kromosom sex dalam konfigurasi yang tidak jelas.

Sebuah studi telah dilakukan pada seorang manusia hermaphrodit pada Bagian Obstetrik & Ginekologi, Chicago, Rumah Sakit Lying-in, Illinois.4 Tujuan riset ini adalah untuk menentukan peristiwa-peristiwa penghamilan (konsepsi) yang terjadi pada seorang hermaphrodit tulen 46xx, 46xy, serta untuk melaporkan kehamilan pertama pada seorang hermaphrodit tulen 46xx, 46xy dengan sebuah ovotestis (ovum dan zakar).

Bentuk studi ini termasuk pengkajian kromosom pada lymphocytes (getah bening) dan fibroblasts, antigen-antigen sel darah merah, antigen-antigen leucocyte manusia, dan kehadiran y chromosome deoxyribonucleic acid telah dianalisa. Temuan-temuan itu diperbandingkan dengan data kelompok darah orangtua serta saudara kandung.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa pasien kita adalah sesuatu yang aneh; suatu organisme yang dalamnya terdapat paling tidak dua jenis tissue/jaringan [daging] yang berbeda dalam bentuk genetik mereka, juga dengan kontribusi ganda dari ibu dan bapak. Sebagai tambahan, di samping memiliki sebuah ovotestis, [pasien] wanita itu telah mengandung dan melahirkan seorang anak.
  1. Genetics:1991 Sept: 129(1):214-9
  2. Fertility – Sterility – 1991 Nov;56(5):904-12
  3. Laporan ini mengenai riset David Bonthorn serta rekan-rekannya, dan merujuk pada Nature Genetics edisi Oktober 1995, tempat laporan mereka ditemukan.
  4. Journal of Fertility and Sterility – JC:evf 57(2):346-9 1992 Feb 175

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Nikotin Sebagai Obat, Manfaat Dan Bahayanya

Seks sesama jenis antar betina bukan hal yang langka pada Bonobo

Mengenali Gejala Kerusakan Mobil Yang Umum Dan Penyebabnya