SBY Tampil Dengan Gaya ’pahlawan’ Pembela Rakyat

SBY Tampil Dengan Gaya ’pahlawan’ Pembela Rakyat. Ledakan tabung gas hampir merata di berbagai daerah. Hampir tiap hari media memberitakan berbagai ledakan tersebut. Begitu pula dengan para korbannya. Berdasarkan data Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) sejak 2008-Juli 2010 terhitung sudah terjadi 189 kasus ledakan gas. 61 kasus pada 2008, 50 kasus pada 2009 dan 79 kasus pada 2010.


http://www.muslimdaily.net/berita/gas_meledak_ilustrasi_bjc.jpg

Berbagai ledakan tersebut seakan menjawab keraguan masyarakat pada awal diluncurkan konversi minyak tanah ke gas. Saat itu, masyarakat ragu dan bahkan khawatir. Disamping mereka juga belum mengetahui bagaimana cara pemakaian kompor gas. Dalam bayangan mereka, kompor gas sangat beresiko jika terjadi ledakan. Hal ini jauh dibandingkan dengan kompor minyak tanah yang resiko ledakannya hampir tidak ada.

Namun, dengan bergulirnya konversi minyak tanah ke gas, perlahan-lahan subsidi minyak tanah dikurangi dan pada akhirnya dihentikan sama sekali. Mau tidak mau masyarakat harus memilih gas untuk memasak keperluan dapur karena dipandang gas lebih murah. Sebuah pilihan terpaksa karena tidak ada pilihan yang lain.

Seiring perjalanan waktu, kekhawatiran masyarakat terjawab. Berbagai ledakan tabung gas telah menjadi teror baru masyarakat. Respon pemerintah lamban. Padahal berbagai media menyebutkan banyak ditemukan tabung gas tidak sesuai standar. Sementara pengawasan di agen-agen pengisianpun juga tidak diperketat. Akibatnya banyak tabung yang sebenarnya tidak layak isi tetap diisi dan bahkan hanya sekedar dirubah catnya. Walhasil, terjadilah berbagai ledakan dan kembali rakyat menjadi korban. Belum lagi mereka akan disalahkan dengan alasan ledakan sebagai akibat dari kecerobohan, keteledoran dan kesalahan pemakaian.

Tak ingin disalahkan, seperti biasa SBY tampil seakan memberi ’pencerah’ terhadap berbagai kasus ledakan tersebut. Dengan gaya ’pahlawan’ pembela rakyat, SBY memerintahkan investigasi mendalam terhadap sejumlah kasus ledakan tabung gas yang telah mengakibatkan kerugian dan korban. "Harus jelas investigasinya mengapa, supaya tidak diplintir kesana kemari," katanya saat membuka rapat terbatas bidang politik, hukum, keamanan, kesejahteraan rakyat, dan perekonomian, di Jakarta, awal Juli lalu. Presiden menjelaskan, investigasi yang jelas dan akurat akan menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengambil tindakan demi keselamatan mereka.

Apa yang terjadi dengan teror tabung gas tersebut mengindikasikan beberapa hal.

Pertama. Program konversi yang tidak dirancang secara matang. Hanya untuk solusi pragmatis, mengurangi subsidi BBM. Sementara faktor keamanan diabaikan. Artinya, pemerintah hanya mencari solusi sesaat tanpa mempertimbangkan akibatnya yang mungkin terjadi. Sementara masyarakat untuk kembali ke minyak tanah sangat tidak memungkinkan. Disamping harga minyak tanah mahal, untuk mendapatkanpun sulit.

Kedua. Rendahnya pengawasan. Mulai dari pengadaan tabung gas, pengisian maupun agen. Banyaknya tabung gas yang tidak sesuai standar mengindikasikan rendahnya pengawasan tersebut. Belum lagi kecurangan dalam pengisian yang tidak sesuai dengan berat yang tertera dalam tabung. Hal yang sama sering terjadi jika mengisi premium.

Ketiga. Lempar batu sembunyi tangan. Ini mungkin lebih pada gaya kepemimpinan. Jika sebuah program berhasil, semua akan berteriak dan mengaku bertanggung jawab. Tapi, jika gagal, semua akan bersembunyi dan saling menunjuk satu dengan yang lain. Hal inilah yang terjadi hari ini.

Keberhasilan sebuah program hanya sebagai upaya untuk membagun citra. Ujung-ujungnya adalah untuk kekuasaan biar terpilih kembali dan mampu menduduki jabatannya untuk kesekian kalinya. Sebaliknya, jika gagal, anak buah akan dikorbankan untuk menyelamatkan atasan. Kasus Century, Cicak buaya, Markus, Pajak Gayus Tambunan, Rekening gendut, Susno Duadji menjadi contoh kedua. Sementara keberhasilan BLT, PNPM, Askeskin menjadi contoh pertama, dimana program tersebut justru dipolitisir untuk kekuasaan. Dengan kata lain, pengentasan kemiskinan bukan lagi sebuah amanat moral pemimpin, tapi lebih sebagai proyek politik.

Melihat maraknya ledakan tabung gas tersebut, nampaknya pemerintah memerlukan lebih banyak korban. Makin banyak orang ketakutan, makin banyak yang membutuhkan pertolongan. Perlu ada ’penyelamat’ yang mampu menghapus ketakutan masyarakat, memberikan rasa damai dan aman. Saat itulah muncul ’pahlawan’ sambil mengatakan, ”Saudara-saudara, kami telah mendengar, mengerti dan memahami apa yang menjadi ketakutan saudara. Karena itu, kami telah melakukan tindakan preventif untuk keamanan dalam pemakaian tabung gas. Kami telah berkoordinasi dengan departemen terkait, termasuk dengan kepala daerah di seluruh Indonesia untuk segera mengambil langkah-langkah yang perlu guna mengatasi ledakan tersebut”. ( muslimdaily.net )

Wal hasil, korban tetap berjatuhan.

’Selamat datang teror baru, tabung gas!’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Nikotin Sebagai Obat, Manfaat Dan Bahayanya

Mengenali Gejala Kerusakan Mobil Yang Umum Dan Penyebabnya

Apa Keunggulan Ikan Cupang ... ???