Adakah Hubungan Antara BlackBerry dan Charles Darwin ... ??? - “Bukan yang terkuat yang akan bertahan, melainkan yang paling pintar beradaptasi.” Kutipan itu mungkin sudah dilupakan. Hanya para ilmuwan biologi gila yang masih mengingatnya. Ya, Charles Darwin, peletak dasar ilmu evolusi, pernah mengguncang dunia dengan temuan dan kutipannya.
Zaman tampaknya belum akan merusak kutipan itu, meski kutipan tersebut sudah berusia 130 tahun lebih. Lihatlah Microsoft. Tujuh tahun lalu, raja software ini adalah penguasa telepon seluler pintar. Semua personal digital assistant (PDA)–kalau Anda lupa, ini ponsel pintar yang bentuknya seperti sekotak rokok–memakai software Windows. HP, O2, dan belakangan HTC mengagung-agungkan sistem tersebut. Kala itu rasanya mustahil Windows Mobile, software di ponsel tersebut, bisa tergusur.
Faktanya, Windows Mobile tak beda nasibnya dengan dinosaurus: mati. Digerogoti para pesaing baru, seperti BlackBerry, iPhone, dan ponsel Nokia berbasis Symbian, Windows benar-benar tak berkutik. Ia bahkan menjelma menjadi seperti “alien”. Teknologi layar sentuhnya kalah oke dibanding iPhone, sistem surat elektroniknya dilibas BlackBerry, aplikasi tambahannya kalah oleh ponsel Android.
Windows Mobile bukanlah sosok penentang badai, yang berani berjuang dengan mental dan pikiran yang dahsyat. Ia berbeda dengan BlackBerry dan iPhone. iPhone, misalnya, membeli paten layar multisentuh yang mengalahkan Windows Mobile yang hanya bisa disentuh dengan alat khusus seperti stylus.
BlackBerry tak mau kalah. Ia terus memperkuat posisinya di peranti nomor satu dalam soal pengiriman surat elektronik. Lalu pelan-pelan ia juga mengejar iPhone dengan membeli paten-paten layar sentuh. Lihatlah evolusi BlackBerry. Pada 2004, kita masih melihat BlackBerry yang tak lebih indah daripada kalkulator tukang sayur. Untuk menggerakkan kursor, mereka memakai roda gerigi seperti pengatur volume radio. Benar-benar jadul.
Mereka lalu belajar membuat BlackBerry yang menggunakan teknologi layar sentuh. Hasilnya masih buruk, yakni Storm dan Storm II. Layar sentuh BlackBerry baru terasa enak setelah berevolusi lagi menjadi Torch.
BlackBerry mirip jerapah dalam teori Charles Darwin. Jerapah, dulu diduga, mulanya tak semua berleher panjang. Tapi, karena dedaunan yang dimakan makin lama makin habis, tinggal yang ada di posisi yang tinggi, akhirnya jerapah berleher panjang yang eksis.
Tahun ini BlackBerry berevolusi dengan memborong paten teknologi. Research In Motions (RIM) memang sedang ambisius. Mereka meneken kerja sama dengan Intellectual Ventures, perusahaan yang mengumpulkan 30 ribu paten teknologi. RIM ingin mengejar teknologi iPad dengan membuat Playbook.
Lompatan evolusi serupa dilakukan produsen ponsel lokal Nexian. Meski langkahnya tak sedahsyat BlackBerry, Nexian juga terus mencari “zona patahan” bisnis ponsel yang belum digarap kompetitor. Dulu, Nexia identik dengan ponsel berharga miring. Kini, Nexian mencoba melompat lebih jauh. Mereka ingin menjadi ponsel lokal pertama yang memakai Android. Mereka juga mengincar ponsel khusus untuk perempuan. Dan gebrakan terakhir adalah menggandeng raja game dunia Electronic Art (EA) untuk membuat ponsel murah yang kaya akan game. Dengan harga Rp 500 ribuan, kini Anda bisa mendapatkan ponsel dengan tombol QWERTY serta 30 game EA. Penggunanya bisa bermain game setelah dipotong pulsa Rp 1.000 per hari.
Target Esia, mereka bisa menjual setengah juta ponsel–berbagai jenis–tahun ini. Esia telah menjadi jerapah model Charles Darwin. Ia bukan dinosaurus yang bakal tersungkur. ( tempointeraktif.com )
Blog : Surau Tingga || Judul : Adakah Hubungan Antara BlackBerry dan Charles Darwin ... ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar